DARI ANUGERAH KE TALITAKUMI
SEBUAH REFLEKSI PAWAI PASKAH PEMUDA GMIT 2009

(Oleh : PDT ISAKH A HENDRIK, M.Si)

Sebuah karya yang bernuansa religius di persembahkan oleh generasi muda di Kota Kupang melalui Pawai Paskah yang melibatkan pemuda lintas agama pada tanggal 13 April 2009 cukup menyita perhatian ribuan masyarakat  Kota Kupang. Kegiatan ini merupakan agenda tetap yang diprakarsai oleh BP Pemuda GMIT patut diberi apresiasi bukan karena sudah dilaksanakan untuk yang ke-13 kali tetapi terutama melalui kegiatan Pawai paskah ini semua kita diajak untuk berefleksi terhadap karya pengorbanan Yesus Kristus bagi manusia dan dunia.

Saya tergerak untuk mencoba membuat catatan reflektif terhadap karya generasi muda kita ini dalam hubungannya dengan dinamika pergumulan hidup berbangsa dan bernegara maupun dalam kehidupan  bergereja. Setidaknya ada beberapa catatan yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini sebagai bentuk apresiasi terhadap kegiatan Pawai Paskah yang diselenggarakan BP Pemuda GMIT tahun ini :

  1. Perhelatan pawai paskah yang melibatkan berbagai komponen pemuda dan juga disaksikan oleh para pejabat eksekutif dan legislatif serta pejabat gereja dan yang melibatkan ribuan perserta   ini memberi pelajaran berharga bagi kita betapa indahnya ketika orang-orang muda bersatu untuk mempersembahkan sebuah karya kehidupan bagi Tuhan dan sesama. Saya membayangkan bagaimana usaha/perjuangan dan kerja keras dari panitia hingga dapat mempersatukan dan mempertemukan para pemuda dari berbagai latar belakang, bersatu padu dan mempersiapkan serta mempersembahkan sebuah karya religius yang tidak saja menjadi tontonan masyarakat tetapi juga sebuah ajakan untuk berfleksi terhadap makna persatuan di republik ini yang akhir-akhir ini diancam oleh perpecahan karena berbagai kepentingan.  Kebersamaan pemuda/i lintas SARA ini hendak menegaskan kepada generasi muda sendiri untuk tidak boleh terjebak dalam jebakan-jebakan kepentingan pribadi atau kelompok dan selalu berusaha untuk memperjuangkan kebersamaan, persatuan dan persaudaraan sebagai kekuatan dalam meraih masa depan yang berkualitas.
  2. Momentum pawai paskah juga menunjukkan kepada kita betapa kayanya anak-anak muda kita yang mampu mempersembahkan karya seni yang  bernuansa religius, yang memiliki nilai estetika yang  sangat tinggi. Berbagai peran yang ditampilkan dalam pawai kemenangan ini hendak mengatakan kepada kita untuk tidak saja memberi penilaian negatif terhadap generasi muda kita tetapi hendaknya kita mengakui bahwa di dalam diri mereka (pemuda/i) ada bakat, talenta yang bisa diberdayakan menjadi sesuatu yang berharga, bernilai dan bisa berguna bagi gereja, masyarakat bangsa dan negara. Keanekaragaman potensi yang dimiliki pemuda bila dipersatukan akan menjadi kekuatan besar dalam membangun kehidupan yang berkualitas.
  3. Momentum paskah ini juga adalah sebuah ajakan bagi kita semua untuk       mempertinggi kepedulian sosial, dengan tidak mementingkan diri sendiri, atau pun kelompok sendiri. Paskah memberikan kemampuan bagi kita untuk memberikan pemikiran, dan upaya kerjasama yang baik dengan siapa pun, dalam mengatasi berbagai krisis yang mengancam kehidupan, atau yang menjadi musuh kemanusiaan.  Kita diajak untuk menghilangkan sikap serta pola pikir ekslusivistik, diskriminatif, primordialistik, dan segala bentuk egoisme lainnya ataupun nepotisme. Karena semua itu tidak sesuai dengan arti dan makna hakiki dari penebusan dan pembebasan Yesus Kristus melalui Paskah yang meliputi keseluruhan eksistensi umat manusia.
  4. Pesan moral dari perhelatan pawai paskah adalah ajakan dari generasi muda kita     untuk mewujudkan spiritualitas yang mendalam serta moralitas hidup yang tinggi, sehingga kehadiran dan karya kita menjadi berkat bagi orang lain. Persoalan moralitas  menjadi masalah  serius yang sedang dihadapi oleh kita semua sebagai warga dari bangsa ini. Bahkan ada yang mengatakan bangsa Indonesia sedang menuju kesempurnaan kehancuran moral. Ungkapan ini mau menyatakan sebuah realitas yang memprihatinkan sekaligus mengkritisi peranan agama sebagai sumber moral bagi setiap individu dari bangsa ini. Jumlah agama dan penganut,sarana/fasilitas keagamaan yang banyak bukanlah jaminan bagi sebuah moral yang berkualitas. Kita baru sampai pada tahap memiliki agama atau beragama disertai dengan kebanggaan pada simbol-simbol keagamaan dan belum disertai dengan penghayatan yang baik terhadap nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Bagi saya nilai yang paling hakiki dari ajaran setiaap agama adalah kasih. Di dalam dan melaui kasih semua umat manusia dengan segala keberadaannya dipersatukan untuk saling membagi, saling memberi, saling mengakui perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang dimiliki untuk membangun kehidupan yang berkualitas. Idealisme akan kehidupan moral yang berkualitas telah dipersembahkan pemuda-pemuad kita melalui Pawai Paskah adalah ajakan bagi generasi muda untuk menghayati nilai-nilai moral yang telah diteladankan Yesus menjadi sumber inspirasi. dan juga bagi semua kita yang mencintai kehidupan yang berlandaskan cintah kasih.
  5. Dari Anugerah ke Talitakumi adalah sebuah refleksi perjalanan yang penuh dengan perjuangan yang telah di persembahkan Yesus karena cintaNya kepada manusia dan dunia ini. Perjuangan dan pengorbanan itu dilakukanNya dengan setia dimulai dari kandang hina di Betlehem sampai puncak bukit Golgolta dan berakhir dengan kemengan melalui kebangkitanNya. Ini adalah sebuah cara hidup yang harus terus menerus menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi kita semua dalam menjalani hidup dan karya kita.

Pada akhirnya saran saya kepada pemuda GMIT yang menjadi pemrakarsa kegiatan ini agar tetap menjaga nilai religius dari momentum pawai paskah ini agar tidak saja menjadi sebuah tontonan atau hiburan publik tahunan semata, tetapi terutama memberi motivasi dan inspirasi baru yang menyemangati pemuda untuk terus menghasilkan karya-karya berkualitas bagi gereja, masyarakat, bangsa dan negara ini.

Proficiat bagi BP Pemuda GMIT dan seluruh panitia atas segala usaha dan kerja keras dalam mempersembahkan sebuah karya iman bagi jemaat dan masyarakat Kota Kupang. Teruslah berkarya bagi gereja dan masyarakat  dimana anda berada demi kemuliaan nama Tuhan.

SOLA SCRIPTURA FERBUM DEI

*Penulis adalah Penasehat BPP GMIT dan sekretaris Komisi Pembinaan Personil Majelis Sinode GMIT